Kamis, 24 Mei 2012

ini bukan tentang siapa, tapi tentang apa?



Die, my dear? Why that’s the last thing I’ll do!
- Groucho Marx, Komedian Amerika


Kepulan asap yang terbakar dari daun tembakau-tersusun rapih oleh label korporasi itu kuhembuskan bertalu diantara waktu yang menghujam malam itu. Seakan berlomba saling menunjukkan dominansi periode antara waktu dan pelaku.

Getar ponsel diatas meja membuyarkan oase-ku sesaat, pesan yang dihantarkan berbunyi
‘I miss U

Ponsel tadi kuletakkan kembali diatas meja, tanpa kutanggalkan balasan terhadap isi pesan disana untuk kembali kunikmati oase yang sempat terhenti. Untuk sesaat saja menikmati syair-syair Gibran yang tersohor. Untuk sekali saja kubantahkan pendapatku sendiri tentang karya-karya Sastrawan Paman Sam itu, bait demi bait.

Aku, menyakini bahwa Cinta itu adalah suatu unsur yang bersifat absurd dalam dialektika manusia. Hakikatnya adalah mengikat, Ini bisa diamini dari hal-hal diluar logika. Karena –dan sekali lagi menurutku- pada dasarnya Cinta itu bersifat unlogic. Mudah untuk di ciptakan juga dari persepsi diluar nalar. dan ketika letupan unsur tadi semakin menguat akan begitu mudah –dan tak terbantahkan- untuk masuk kedalam frase logika.

Sudah lebih dari lima batang kuhisap dan kuhempaskan hasilnya keudara, membiarkan diriku untuk terus masuk kedalam romansanya memori. Aku tahu, memori bisa membuat warna dan penentu dalam kehidupan setelahnya. Ia juga sebagai pembimbing rasa dari perasaan. Dan memori itu pula yang kini menghantarkanku kembali kepada tawaran untuk tinggal dalam lingkar aneksitensi. Pilihan yang dulu pernah kurengkuh dan kujalani hingga enam tahun lamanya. Bila dianalogikan secara aransemen mewah tapi miskin papa secara lyric, atau tertawa secara fisik namun merengek-merangsek secara hati. Sampai kemudian Dia datang dan mengubah semua itu.

Tapi untuk sekali lagi -dalam fase yang tentu saja kuhindari- hal itu kembali singgah. Dengan alasan yang kurang lebih sama namun dengan dialek yang berbeda yang semakin menguatkan opini ku dan membantahkan kutipan penyair itu bahwa Cinta semestinya adalah memiliki.

Ini bukan tentang siapa, tapi tentang apa?

 Starbucks, Jakarta Theatre (17:52PM)