Die, my dear? Why that’s the last
thing I’ll do!
- Groucho Marx, Komedian Amerika
Kepulan asap
yang terbakar dari daun tembakau-tersusun rapih oleh label korporasi itu kuhembuskan
bertalu diantara waktu yang menghujam malam itu. Seakan berlomba saling
menunjukkan dominansi periode antara waktu dan pelaku.
Getar ponsel
diatas meja membuyarkan oase-ku sesaat, pesan yang dihantarkan berbunyi
‘I miss U
Ponsel tadi
kuletakkan kembali diatas meja, tanpa kutanggalkan balasan terhadap isi pesan disana
untuk kembali kunikmati oase yang sempat terhenti. Untuk sesaat saja menikmati
syair-syair Gibran yang tersohor. Untuk sekali saja kubantahkan pendapatku sendiri
tentang karya-karya Sastrawan Paman Sam itu, bait demi bait.
Aku, menyakini
bahwa Cinta itu adalah suatu unsur yang bersifat absurd dalam dialektika
manusia. Hakikatnya adalah mengikat, Ini bisa diamini dari hal-hal diluar
logika. Karena –dan sekali lagi menurutku- pada dasarnya Cinta itu bersifat unlogic. Mudah untuk di ciptakan juga
dari persepsi diluar nalar. dan ketika letupan unsur tadi semakin menguat akan
begitu mudah –dan tak terbantahkan- untuk masuk kedalam frase logika.
Sudah lebih
dari lima batang kuhisap dan kuhempaskan hasilnya keudara, membiarkan diriku
untuk terus masuk kedalam romansanya memori. Aku tahu, memori bisa membuat
warna dan penentu dalam kehidupan setelahnya. Ia juga sebagai pembimbing rasa
dari perasaan. Dan memori itu pula yang kini menghantarkanku kembali kepada
tawaran untuk tinggal dalam lingkar aneksitensi. Pilihan yang dulu pernah
kurengkuh dan kujalani hingga enam tahun lamanya. Bila dianalogikan secara
aransemen mewah tapi miskin papa secara lyric, atau tertawa secara fisik namun merengek-merangsek
secara hati. Sampai kemudian Dia datang dan mengubah semua itu.
Tapi untuk
sekali lagi -dalam fase yang tentu saja kuhindari- hal itu kembali singgah. Dengan
alasan yang kurang lebih sama namun dengan dialek yang berbeda yang semakin
menguatkan opini ku dan membantahkan kutipan penyair itu bahwa Cinta semestinya
adalah memiliki.
Ini bukan
tentang siapa, tapi tentang apa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar